LABORATORIUM ALAM
Jurnal#13
Beberapa kupu-kupu berterbangan di Pustakaloka Rumah Dunia (PRD) dan hinggap di bunga-bunga untuk menghisap madu serta bertelur. kedua anak kami; Bella (5 th) dan Abi (3,5th) berkejaran; berusaha menggapai mereka. Tak lama setelah itu beberapa pohon diserang ulat bulu. Dan Subhanallah, jenis ulatnya pun berbeda-beda. Pohon jeruk dengan ulat hijau, pohon Handeuleum diserang ulat bulu kebiru-biruan, dan ulat hitam yang menempel di dau pohon Jambu batu serta kelapa hibrida.
METAMORPHOSA
Lantas kami mempunyai ide untuk menggunakan fenomena alam itu untuk bahan perbincangan di kalangan anak-anak PRD. Kami masukkan beberapa ekor ulat bulu yang menyerang pohon Handeuleum (konon berkhasiat untk wasir) ke dalam toples, berikut beberapa helai daun Handeuleum. Toples kami tutup dengan kain kasa dan diikat karet.
Awalnya banyak yang berkomentar negatif, ngeri, bulu kuduk merinding, jijik, keheranan, cari-cari kerjaan, sampai ada yang tidak mau mendekati toples sama sekali. Perlahan kami ajak mereka untuk memperhatikan apa yang dilakukan ulat-ulat itu. bentuk tubuh ulat, warna-warni ulat yang nyaris sama, jumlah kaki, cara berjalan, cara makan ulat –belakangan mereka sebut rakus!-, lalu perubahan morfologis ulat.
Berebut anak-anak PRD ingin menjawab pertanyaan kami tentang perubahan bentuk ulat menjadi kupu-kupu, meski harus sedikit keras mengingatnya; metamorfosis. Ada sedikit perdebatan di antara mereka, istilah yang benar adalah metamorphosa ataukah metamorfosis.
PERCOBAAN
Kami mengambil sebuah buku pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang menjadi koleksi PRD. Kami tunjukkan pada mereka betapa banyak percobaan sederhana yang menunjukkan gejala-gejala alam yang bisa mereka lakukan di rumah. Dan yang terpenting: tidak berbahaya jika mereka lakukan sendiri.
Semula mereka tidak percaya percobaan segelas air penuh, ditutup selembar kertas, lalu perlahan dibalikkan, dan ternyata air dalam gelas itu tidak tumpah. Kami menjelaskan melalui gambar di whiteboard, dan meminta mereka menjelaskan alasan mengapa kertas tidak jatuh dan air tidak tumpah. Beberapa berpikir serius untuk menjawab fenomena itu, beberapa menjawab asal, bahkan yang tak ada hubungannya sama sekali. Dan jawaban fenomena itu kedengaran aneh : udara menekan ke segala arah, termasuk ke permukaan kertas yang menutup gelas berisi air.
Diam-diam, salah satu anak, Tuti Rohmawati (kelas 6SD), pulang ke rumahnya ketika kami masih menjelaskan percobaan itu. Ternyata di rumahnya dia melakukan percobaan itu sendirian. Lalu dia tergopoh-gopoh kembali ke PRD dan menceritakan semuanya. Dia mencoba mengisi segelas air dan menutupnya dengan kertas, tetapi gagal, air tumpah seketika. Kami tekankan, bahwa untuk melakukan percobaan jangan cuma sekali, karena untuk menemukan lampu pijar, Thomas Alfa Edisson harus melakukan percobaan ratusan kali. Begitu juga dengan para penemu lainnya.
LAPORAN
Kami meminta mereka untuk melakukan percobaan itu di rumah, lalu di Wisata Tulis –hari Kamis- mereka menuliskannya sebagai laporan. Tetapi untuk minggu itu juga, kami mengajak mereka membuat percobaan yang dilakukan berkelompok, dengan menulis laporan lengkap setiap hari atas apa yang terjadi pada percobaan Fransisco Redi (percobaanya membuktikan, bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup).
Sampai tulisan ini turun, kami belum mendapatkan hasil sebagaimana Fransisco Redi dapatkan dulu. Tapi, jika percobaan ini gagal, kami akan mengajak mereka mengulanginya lagi dari awal, dengan evaluasi dari percobaan sebelumnya. Atau ada yang punya saran atau masukan atas percobaan di atas? (gg/tt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar